Home

Masih Anak-Anak atau Sudah Dewasa (khusus Petrempuan)


Dengan menyebut Nama Tuhan Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
Semoga Anda sekalian disukseskan & diberkahi olehNya.

Sebenarnya saya ingin menuliskan kalimat "Tidak jarang persoalan ini dipermasalahkan" pada awal kalimat pembuka. Namun ternyata ini lebih dari tidak jarang! Iyah. Rupanya persoalan apakah seseorang masih anak-anak atau sudah dewasa ini sering tersirat. Nah, dari hal-hal yang tersirat inilah makanya saya simpulkan bahwa persoalan ini harus kita bahas. Asyiknya, kita akan membahasnya secara holistik.

Dan yang perlu saya ingatkan, nanti kan disini saya akan membedakan antara anak-anak dan dewasa, nah, maksud anak-anak disini bukanlah berarti anak-anak yang memang masih anak-anak, melainkan maksud anak-anak disini adalah seseorang yang umurnya sudah belasan, seharusnya bisa disebut dewasa, tetapi masih seperti anak-anak. Ingat ini agar tidak terjadi miss communication iyah.


Lagi, artikel ini cukup panjang, sehingga saya membaginya menjadi tiga bagian. Yakni, khusus perempuan, khusus laki-laki, dan universal. Maka dari tu, saya sarankan ketika Anda selesai membaca bagian yang pertama ini, Anda bacalah bagian yang berikutnya. Agar tidak terjadi miss communication. Oke? Good!

Seperti biasa, kita kaikan dulu pembahasan ini dengan pengalaman kita. Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini:
  • Kamu sudah SD kok masih disuapin saja sih?
  • Kamu sudah SMP kok ibadahnya masih bolong-bolong sih?
  • Masak laki-laki sudah berumur 17 tahun nggak bisa jadi ketua sih?
  • Kamu ini perempuan berumur 17 tahun lho! Kenapa sih nggak betah di Rumah? Kok keluar Rumah melulu sih?
  • Ini anak sudah kuliah kok masih banyak main-main seperti anak sekolah sih?
  • Sudah berumur segini kok belum mau menikah juga sih?
  • Kapan punya anaknya?
  • Kamu sudah jadi Manager kok bangunnya masih telat sih?
  • Ini anak sudah berumah tangga kok masih ngekor sama orang tuanya sih?
Saya tanya. Seberapa seringkah kalimat yang mirip seperti di atas terdengar? Yap, sebetulanya ini masalah kedewasaan. Terus tahu memangnya kenapa? Tolong ingat ini, karena kita itu dituntut untuk selalu menjadi semakin dewasa. Sekali lagi, kita itu dituntut untuk selalu menjadi semakin dewasa. Nah, jadi, pertanyaannya, bagaimana caranya menjadi dewasa? Untuk menjawab hal ini, saya mengutip beberapa jawaban dalam beberapa perspektif. Bisa objektif, bisa Subjektif nih. Dan satu lagi yang perlu diingat, kita disini sedang tidak membahas soal fisik seperti mimpi basah pada laki-laki, menstruasi pada perempuan, dan sebagainya. Melainkan soal rohani. Langsung saja.

1. Tidak Galau Walau Hanya di Rumah Saja
Naaah, ini dia nih. Ini nih yang tidak jarang. Sering terlihat kita ada perempuan-perempuan galau ketika mereka di Rumah saja. Yang kasihannya, mereka jadi bete karena abis diomelin oleh orang tua mereka. Mereka mengeluh tidak bisa jalan-jalan. Ketika masih anak-anak dan remaja, beberapa jenis perempuan ini memang suka jalan-jalan keluar. Termasuk salah satunya ngumpul-ngumpel bareng temannya. Bukan selalu karena mau ketemu sama pacarnya, bahkan memang bukan karena itu kok. Bukan mau macam-macam kok. Iya 'kan? Biasanya sih sekedar main-main, makan, curhat, keluar bersama teman sejenisnya. Menurut saya, sifat ini adalah hal yang normal-normal saja. Tapi kenapa orang tua mereka tidak mengizinkannya dan marah iya? Teruslah membaca.

Namun, yang tidak normalnya adalah ingin melakukan hal itu setiap saat. Wahai perempuan, apa Anda mengerti hal ini? Apabila Anda sudah dewasa, pastinya Anda mampu mengontrol hal tersebut. Seharusnya Anda lebih mementingkan untuk mengurus adik Anda, membantu abang Anda, membantu ibu Anda, membantu ayah Anda, atau bahkan bersama suami Anda, kalau ada. Iyah, coba saja:
  • Jika Anda adalah seorang adik, apakah Anda suka jika kakak perempuan Anda kerjaannya di luar terus?
  • Jika Anda seorang kakak atau abang, apakah Anda suka jika adik perempuan Anda kerjaannya di luar terus?
  • Jika Anda seorang ibu atau ayah, apakah Anda suka jika anak perempuan Anda kerjaannya di luar terus?
So, salah satu tanda kedewasaan seorang perempuan adalah, tidak suka membuat orang lain cemas karena dirinya. Perempuan yang dewasa itu sadar benar bahwa dirinya tidak 100% benar sama seperti diri orang lain yang tidak 100% salah. Makanya dia mampu mengendalikan dirinya dan tidak begitu memaksakan kehendaknya yang tidak begitu penting daripada hal lain yang sebetulnya jauh lebih penting. Sekali lagi, ingin mejeng, ingin jalan-jalan, ingin hangout itu wajar bagi perempuan. Namun, kalau ingin selalu begitu, ingin jalan-jalan melulu, ingin hangout setiap hari, itulah yang tidak wajar.

Terus, ada perempuan yang ngeyelan menyaut, "Hah! Mau jalan sekali-sekali atau setiap hari efeknya juga sama saja ah! Tetap saja kalau hangout setiap hari itu tidak masalah kok!" Kita tanggepin sederhana saja, "Iyap. Asal Anda hangoutnya di Rumah." Hahahah. Saya tidak bercanda. Kalau mau lama-lama di luar, harus ada alasan yang kuat. Sekali lagi, harus ada alasan yang kuat. Ironisnya, ada yang hobi jalan-jalan ke Mall supaya bisa melirik laki-laki cakep yang berpapasan dengannya disana. Terus dia mengaku dan berkata, "Iya sih, cuci mata doang. Tapi kan aku tetap suka sama cowok yang memperlakukanku dengan penuh respect." Lantas kita saut, "Iyap. Jadi kalau cowok Anda seperti itu jangan marahin dia iyah! Kan walau dia genit, dia tetap suka sama cewek seperti Anda yang memperlakukannya dengan penuh respect!" Hahaha. Ada-ada saja. Begitulah, terkadang ada orang galau padahal dia sendiri yang sengaja memancing kegalauan itu. Mohon alasannya diganti iya.

Lanjut, ada satu hal yang membuat saya dan teman-teman saya bertambah bangga dan semakin bersyukur  dengan seorang perempuan. Yaitu ketika perempuan itu mengeluarkan naluri keibuannya. Serius! Satu hal inilah yang merupakan satu fitrah perempuan yang tidak dapat dilencengkan oleh budaya mutakhir saat ini. Ini sangat patut disyukuri. Tidak jarang juga, ketika seorang perempuan remaja -segala jenis, baik tomboy, otaku, anak gaul atau yang lainnya- ketika melihat adik-adik kecil, dia bersikap seperti seorang pengasuh yang sangat baik dan ramah serta intensif. Sampai yang biasanya kalau sama temannya suka berteriak-teriak, ketika sama adik kecil tadi dia berkata dengan anggun dan halus. "Adiiik, sini yuk duduk sama kakak. Yuk main sama kakak." Saran saya, lestarikan hal ini. Jangan sampai doktrin dan propaganda jahat juga melenyapkan satu fitrah ini.

Iyah, laki-laki baik mana yang tidak membutuhkan pendamping hidup seperti ini? Ada satu ilmu rahasia hebat nih. Sekacau apapun laki-laki itu, kalau perempuannya memilki naluri keibuan yang intens, maka laki-laki itu bisa takhluk. So, soal agar tidak galau walau hanya di Rumah saja, pengendalian diri adalah salah satu kunci kedewasaan ini. Sekali lagi, pengendalian diri adalah salah satu kunci kedewasaan ini.

2. Cantik 24 Jam

Iyap. Ini ada satu sebuah keanehan lagi nih. Perempuan yang masih anak-anak itu ingin menjadi cantik di waktu-waktu tertentu doang. Kalau perempuan yang sudah dewasa, dia ingin menjadi cantik selama 24 jam. Lho? Apa nggak terbalik nih? Tidak kok. Lah, serius? Iyah, serius, tahu kenapa? Karena:


  • Perempuan yang masih anak-anak merasa harus mengikuti trend. Perempuan yang sudah dewasa merasa tidak harus mengikuti trend.
  • Perempuan yang masih anak-anak merasa dirinya cantik kalau dia mengikuti trend, kalau tidak, dia mengatakan dirinya adalah anak cupu. Perempuan yang sudah dewasa merasa cantik kapan saja dan dimana saja. Biar memakai celana atau rok, dipuji cantik atau dikatain cupu, kalau bagus toh bersyukur dan berterima kasih, kalau tidak, introspeksi saja, sisanya, iya EGP saja. Biar mau dimanapun, tahun berapapun, tanpa trend, dia sudah cantik dari sononya.
  • Perempuan yang masih anak-anak mengidap penyakit Ekshibionisme, yaitu merasa puas dengan memamerkan organ tubuhnya sendiri kepada orang. Kalau dalam islam, dosa ini dinamakan tabarruj. Perempuan yang sudah dewasa tahu benar, selain sebagai perintah Allah Swt. dan nasihat Rasulullah Saw., dia tahu benar hanya orang-orang tertentu yang boleh melihat tubuhnya. Bahkan (mohon maaf) tubuhnya yang indah, halus, dan mulus tersebut adalah kado simpanan untuk suami tercintanya kelak. Non-muhrim yang tidak akan menjadi suaminya, tidak boleh mengintip kado ini. Makanya dia senantiasa berjilbab serta menjaga aurat dan kehormatannya. Ini beharga sekali lho, harus tahu ini.
  • Perempuan yang masih anak-anak gengsi kalau busananya tidak menonjol, tidak tipis, tidak transparan, dan tidak ketat. Perempuan yang sudah dewasa malu kalau busananya belum cukup mengindikasikan kehormatannya, malu kalau busanya belum cukup menjaga kebersihan dan kesehatannya, malu kalau busananya belum cukup untu menjadi pengantisipasi masalah.
  • Yah, sisanya bisa digarap sendiri berdasarkan pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain.
3. Anggun dan Menganggunkan
Yeah, This's the treassure one. Biasanya, perempuan itu kelihatan anggun ketika dirinya disoroti sebuah lampu di tempat gelap. Maksud saya, dia sendirian. Ataupun dia berdua, atau bertiga. Maksudnya lagi, iyah tidak lagi harus berkelompok-kelopmpok. Bukan sama sekali tidak perlu berkelompok-kelompok, hanya saja tidak harus. Itu artinya, ketika tidak ada kawan, dia bakal bilang, "It's okay." Misalnya seperti, bila hendak ke toilet, dia sendirian saja. Kalau sedang belanja, mungkin berdua saja sudah cukup. Kenapa mesti begitu? Iya, perhatikan saja Ibu Anda. Sesuai 'kan? Soalnya kan, mana mungkin kalau nanti Anda sudah punya anak yang minta ingin dikawanin pipis ke toilet yang gelap jalannya, Anda tanggepin, "Ntar iya Nak. Mama telpon teman Mama sekolah atau teman kuliah dulu biar mereka kesini. Mama takut gelap! Tapi kalau ramai-ramai tidak, tunggu iyah Nak!" Lah, sudah keburu ngompol dong anak Anda. Kasian banget anak unyu itu.
Masih soal anggun dan menganggunkan. Perempuan yang masih anak-anak itu, suka pilih-pilih kalau menghargai. Kurang sreg kalau ada orang yang tua dihadapannya. Sukanya kepada lelaki yang muda saja. Ironisnya, ketika yang muda itu sudah tua, maka akan kurang dihargai, seperti artis misalnya. Kalau perempuan yang sudah dewasa, menghargai siapapun tanpa pandang bulu dan rambut. Biasanya terpesona dengan kebijakan dan kecerdikan seseorang. Jenis kelamin apapun. Umur berapun. Cara mengeceknya, coba saja perhatikan siapakah tokoh favoritnya di sebuah film. Apakah dia menyukai hanya karena tokoh itu cakep? Atau sekalian karena tokoh itu bijak dan cerdik?

Tidak ada komentar:

copyright © Qiaramint