Mungkin saja bukan karena gangguan, tapi akibat kemanjaan yang ditawarkan.
“Hai,
bagaimana, si kecil sudah bisa jalan?” Begitulah pertanyaan yang kerap
dilontarkan mengenai perkembangan buah hati kita. Kecemasan biasanya
muncul jika ulang tahun pertama sudah lewat beberapa bulan, tapi si
kecil belum juga bisa berjalan. Biasanya sih, untuk menghibur diri kita
menepisnya dengan berpikir, “Ah, nanti juga bisa berjalan sendiri.”
Benarkah demikian?
“Pada prinsipnya selama sudah dipastikan tidak ada gangguan saraf atau kelainan otot, anak pasti bisa berjalan,” kata Dr. Irawan Mangunatmadja, Sp.A.,
menyemangati. Spesialis anak dari Bagian Ilmu Kedokteran Anak RSUPN
Cipto Mangunkusumo, Jakarta ini menganjurkan, untuk memastikan ada
tidaknya gangguan, bawalah anak ke dokter. “Dokter yang akan memastikan,
adakah kelainan yang harus ditangani atau sekadar keterlambatan biasa,”
ujarnya. Toh, sampai usia 18 bulan belum bisa berjalan pun masih
dikategorikan normal.
KEMANJAAN JADI PENYEBAB?
Terlepas
dari kemampuan fisik anak, sering kali orangtua tidak menyadari kalau
kemanjaan yang mereka tawarkan pada si kecil menjadi biang keladi
keterlambatan perkembangan anak, khususnya kemampuan berjalan.
Contohnya, orangtua kelewat sayang sehingga takut melihat anaknya
limbung kala belajar berjalan. Belum sempat anak melangkah, langsung
sudah ditahannya. Atau orangtua yang selalu menyodorkan semua kebutuhan
anak di depan mata sehingga si kecil enggan beringsut sedikit pun. Hal
ini tentu melenakannya.
“Jangan salah, meski masih kecil, secara naluriah anak sudah bisa memilih mana yang lebih enak baginya,” kata Annelia Sari Sani, Psi.
dari Unika Atma Jaya, Jakarta. Kalau semuanya sudah bisa terpenuhi
dengan rengekan, mengapa harus bersusah payah berdiri dan mencoba
berjalan? Kira-kira seperti itu pikirannya. Namun, karena pada dasarnya
tidak ada gangguan, maka secara alami kemampuannya ini akan dikuasainya
juga. Yang sedikit membedakan mungkin waktunya yang molor lebih lama.
Selain
itu trauma kala latihan berjalan juga bisa menjadi penyebab psikologis
keterlambatan. Misalnya saat anak pertama kali berlatih jalan, limbung
kemudian jatuh membentur meja hingga memar atau malah berdarah. Baik
anak maupun orangtua biasanya jadi jera untuk mencoba lagi. Padahal
tentu saja ketakutan seperti ini harus dicoba dikikis. Secara perlahan
orangtua harus meyakinkan anak bahwa semuanya akan baik-baik saja dengan
cara terus mendampingi saat berlatih. Selain wajib menyediakan tempat
latihan yang aman.
Tak
sesederhana berkembangnya kemampuan melangkah, latihan berjalan ini
implikasinya sangat luas bagi perkembangan psikologis anak. “Latihan
berjalan sekaligus melatih anak mengembangkan sense of outonomy berikut
kemandiriannya. Dari sinilah secara bertahap anak memahami bahwa segala
sesuatu yang diinginkannya harus diusahakan,” tandasnya. Dapat
dibayangkan seandainya anak tidak segera bisa berjalan, tentu kemampuan
sosialnya pun akan ikut terhambat.
ANEKA MITOS
Banyak
mitos yang tidak dapat dibuktikan secara ilmiah berkaitan dengan
kemampuan berjalan anak. Misalnya, anak perempuan bisa bicara dulu baru
berjalan, atau menyabet kaki anak dengan belut supaya bisa segera
berjalan, sampai membawa anak ke dukun pijat.
Orangtua
boleh percaya boleh juga tidak. Selama hal tersebut tidak membahayakan
anak, tidak masalah. Misalnya menyabet kakinya dengan belut, selama
sabetannya tidak melukai anak, ya tidak apa-apa. Kalaupun setelah itu
anak bisa berjalan, bisa jadi waktu menyabetnya bertepatan dengan “klik”
kemampuan itu sendiri, sehingga seakan-akan gara-gara sabetan itulah
anak bisa berjalan, padahal tentu saja bukan.
Membawa
anak ke dukun pijat supaya segera bisa berjalan pun harus hati-hati.
Lebih baik dengan rekomendasi dokter, bawa anak ke fisioterapis. Pijatan
yang dilakukan seorang fisioterapis lebih mempunyai landasan ilmu yang
bisa dipertanggungjawabkan.
LATIHAN DI RUMAH
* Menggunakan alat pegangan
Alat
seperti ini bisa dibuat sendiri, misalnya bambu berputar yang bertumpu
pada satu poros. Dengan berpegangan pada bilah yang melintang, secara
tidak langsung anak “dipaksa” untuk berjalan saat mendorong bambu
tersebut. Atau bisa juga dengan menyediakan hang bar seperti
yang ada di pusat-pusat terapi. Intinya ada satu benda kokoh yang
digunakan untuk berpegangan saat keseimbangannya masih labil.
* Dirangsang dengan mainan
Setelah
anak bisa berdiri, orangtua dapat melatihnya dengan meminta anak
mengambil mainan yang diletakkan dengan jarak tertentu dari tempatnya
berdiri. Makin lama jaraknya makin diperlebar. Atau bisa juga dengan
bermain imajinasi seakan-akan anak harus menyeberang jembatan dengan
melangkah dari satu tempat ke tempat lain. Jaraknya tidak usah terlalu
jauh dulu, yang penting anak merasa gembira selama melakukannya. Ingat,
jangan memaksa anak untuk segera menguasai kemampuan ini. Pemaksaan, apa
pun bentuknya, hanya akan membuatnya “mengkeret” dan menganggap
aktivitas ini sangat sulit dan menyebalkan.
* Tatih setiap ada kesempatan
Memang
melelahkan menatih anak setiap kali ada kesempatan. Tapi cara
tradisional ini terbukti ampuh untuk merangsang kemampuan berjalan anak
sejak zaman nenek moyang dulu. Orangtua bisa memegang kedua tangan anak
sambil berjalan di belakangnya dalam jarak yang sangat dekat. Atau bisa
juga dua orang dewasa masing-masing memegang satu tangan anak di
kanan-kirinya. Tatih juga bisa dilakukan dengan mengikatkan kain ke dada
hingga ketiaknya. Sisa kain yang menjuntai ke belakang dapat digunakan
orangtua untuk membantu mengendalikan keseimbangan tubuh anak. “Tombol
sarafnya” akan menyala ketika kakinya menjejak ke tanah. Makin sering
dilakukan, makin banyak “tombol” yang akan aktif hingga kemampuannya
kian terasah.
FISIOTERAPI BISA MEMBANTU
Kalau
hasil berlatih sendiri di rumah dirasa kurang memuaskan, orangtua bisa
membawa anak ke fisioterapis dengan rekomendasi dari dokter anak.
“Dengan rekomendasi itu, fisioterapis tahu apa yang harus dilakukan,”
tambah Sri Wahyuni, SMPh.,
dari Medicare Clinic, Jakarta. Misalnya, dokter merekomendasikan
penguatan otot kaki, maka si fisioterapis akan melatih anak dengan cara
menidurkannya telentang kemudian menaruh tangannya di telapak kaki anak
sambil sedikit didorong. Secara refleks anak akan melakukan gerakan
seperti menendang. Latihan seperti ini secara intens dan tepat terbukti
mampu menguatkan otot kakinya.
Sering
juga terjadinya keterlambatan akibat kegemukan. Anak-anak dengan berat
badan berlebih otomatis sangat sulit berlatih menjaga keseimbangan.
Malah ada beberapa anak yang jadi malas bergerak akibat beban tubuhnya
yang terlalu berat. “Oleh fisioterapis anak-anak ini akan dibantu dengan
program yang tepat sehingga kemampuannya berkembang,” kata Sri.
Misalnya dengan teknik mendorong bola besar yang biasa digunakan untuk
latihan motorik dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar