Home

Jujurlah Padaku Ini Cinta atau Nafsu???


Adalah cermin bagi orang yang jatuh cinta untuk mengetahui watak dan kelemahlembutan dirinya dalam cita kekasihnya, karena ia tidak jatuh cinta melainkan kepada dirinya sendiri. dalam sebuah hubungan yang deikian kadang 'sang pencinta' berfikir sedang berusaha memahami. tapi sepertinya bukan itu yang terjadi!!
kenyataannya ialah mereka berusaha untuk tampil lebih baik dari yang sebenarnya. sehingga setiap kali berbicara, sebenarnya mereka sedang menyembunyikan diri masing-masing. Mereka sedang membuat iklan untuk menggoda pembeli, karena takut jika pembeli tidak puas ia akan di tinggalkan.

Kadang kita berfikir bahwa kita akan apa adanya saat berpacaran. berbahagialah sedetik jika memang pacar anda seorang yang Qanaah. anda justru bisa berbagi dengannya tentang pribadi anda, memintanya untuk mengoreksi perilaku-perilaku anda. Bahkan membantu anda menyelesaikan masalah-masalah anda. tapi apa iya kita bisa menemukan manusia yang tanpa ikatan apapun sesetia ini menghadapi keluh kesah kita???

Cintailah siapapun, tapi kau pasti akan berpisah dengannya. Siapa yang meragukan kekuatan kata, apalagi jika ia bernada. denting-denting kalimat yang lembut, suatu ketika dapat meresonansi dawai-dawai penyakit hati (cinta :katanya: ). Jadi jujurlah.. itu cinta atau nafsu????.

Mudah sekali melafalkan cinta tanpa berpikir panjang, sebuah ketertarikan dan rasa suka segera menggerakkan lisan melafal kalimat "aku cinta padamu". tak banyak yang tahu apa itu cinta, lebih sedikit lagi yang mencari tahu tentang hakikatnya. Banyak orang memberi definisi, tapi kalimatnya sulit dimengerti.

Cinta akan lenyap dengan lenyapnya sebab, sebab adalah nyawa bagi cinta Sebab sembarangan hanya akan menumbuhkan cinta yang sembarangan . Cinta abadi memerlukan sebab yanng abadi. Adalah dusta jika ada yang berkata bahwa cintanya abadi, padahal sebab cinta hanya kecantikan fana, kekayaan sementara atau lain sebagainya yang bersifat tak abadi.

Ketika nafas begitu haus tetap ada kesucian ang harus dipertahankan betapapun beratnya perjuangan ia hanya menghargai para pemiik kesabaran. Maka sangat pantas rasanya kita terheran melihat sosok yang mendambakan pasangan suci lahir bathin padahal ia telah merenggut sekian kesucian. Mungkin dusta mampu menutupinya, tapi siapa yang dapat menjamn ia tidak sedang di dustai juga.

”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). (QS. An nur:26)
0

Sebuah Penantian


Jangan Pernah membicarakan perasaan yang tidak pernah ada
Jangan pernah menyentuh hidup seseorang jika hal itu akan menghancurkan hatinya.
Jangan pernah menatap matanya jika semua yang anda lakukan hanya berbohong.
Hal yang paling kejam yang dilakukan seseorang kepada orang lain adalah membiarkannya jatuh cinta sementara tidak ada niat untuk menangkapnya.

Kompatibilitas yang paling benar bukan diukur berdasarkan berapa lama telah bersama atau berapa sering bersama. Akan tetapi apakah selama bersama ada saling mengisi satu sama lain dan saling membuat hidup berkualitas.

Kesedihan dan kerinduan hanya terasa selama yang kita inginkan dan menyayat sedalam yang kita izinkan. Yang berat bukan bagaimana caranya menanggulangi kesedihan dan kerinduan itu, tapi bagaimana belajar darinya.

Tuhan mengetahui yang terbaik, Ia memberi kesusahan untuk menguji kita. Kadang Ia pun melukai hati supaya hikmat-Nya bisa tertanam di dalam.
Jika ada rasa kehilangan, pasti ada alasan di baliknya.
Alasan yang kadang sulit untuk dimengerti namun percayalah bahwa...
Ketika Ia mengambil sesuatu Ia telah siap Memberi yang lebih baik

Mengapa harus menunggu?
Karena walaupun ingin segera menemukannya jangan sampai kita kehilangan jati diri dalam proses pencarian itu.

Ketika kita bertemu orang yang tepat untuk dicintai, ketika kita berada ditempat pada saat yang tepat, itulah kesempatan.
Ketika kita bertemu seseorang yang membuat kita tertarik itu bukan pilihan tapi kesempatan.
Bertemu dalam suatu peristiwa itu bukan suatu pilihan itu kesempatan.
Bila kita memutuskan untuk mencintai orang tersebut bahkan dengan segala kekurangannya itu bukan kesempatan, itu pilihan.
Ketika kita memilih bersama dengan seseorang walau apapun yang terjadi itu adalah pilihan bahkan ketika kita menyadari bahwa masih banyak orang lain yang melebihi pasangan kita dan tetap memilih untuk mencintainya itu adalah pilihan.
Perasaan cinta, simpatik, tertarik datang bagai kesempatan bagi kita. Tetapi cinta sejati yang abadi adalah pilihan. Pilihan yang kita lakukan.

Kita mungkin kebetulan bertemu dengan pasangan jiwa kita,
tetapi mencintai dan tetap bersama pasangan jiwa adalah pilihan yang harus kita lakukan.
Kita ada di dunia bukan untuk mencari orang yang sempurna untuk dicintai.
Tetapi untuk belajar mencintai orang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna.

Cinta seorang perempuan diibaratkan seperti layang-layang.
Bila dikejar ia lari, bila ditunggu ia menanti.
Manakala cinta lelaki pula adalah seperti cermin.
Sukar untuk dipercayai walaupun ia tidak berbohong.

Semua orang ingin dipuja bukan??
Tapi apakah masih kurang ketika kau sudah memiliki orang yang kau sayangi dan cintai bisa lebih dari sekedar memujamu?
Jadi, berhentilah mencari pemuja-pemuja diluar sana karena tidak semua yang ada di depan mata kita baik untuk kita.

Lebih baik menunggu orang yang tepat, yang kita cintai dan inginkan ketimbang memilih apa yang ada.
Karena hidup ini terlalu singkat untuk dilewati bersama orang yang salah.

Kebanyakan hal yang indah dalam hidup memerlukan waktu yang lama.
Walaupun menunggu memerlukan banyak hal -iman, keberanian, dan pengharapan- penantian menjanjikan satu hal yang tidak dapat seorangpun bayangkan.

/Pada akhirnya , Tuhan dalam segala hikmat-Nya meminta kita menunggu karena alasan yang penting.....
0
Juli tahun kesekian

Keheningan subuh pagi ini dipecah oleh tangisan bayi yang baru saja keluar dari kehangatan ibunda untuk memulai trilogi babak kehidupan manusia : lahir, nikah dan mati.
Sewindu berlalu bayi mungil itu telah tumbuh menjadi gadis mungil nan menawan hati menjadi cahaya dan keceriaan keluarga nan bahagia
hingga disuatu pagi yang kelabu...
"Raema," sapa lembut remaja nan gagah rupawan.
"Eh kak Fandi,"
"Sini, kakak punya permen untukmu,"
Berjalan ceria gadis itu mengekor remaja tersebut memasuki asrama pelajar, dan babak tragedi mawar berdarah terpapar. Kepolosan dan kemanisannya telah terobek oleh setan berkulit manusia, kelopak mawar itu gugur terkoyak desau badai nafsu remaja. Layar tertutup pilu dengan senyum tersungging disudut bibir sang remaja.
"Ema, ini permennya buat adik kak Fandi yang cantik. Tapi jangan cerita ya sama siapa-siapa nanti Raema bisa mati," anggukan lunglai menyudahi episode pagi ini.

X tahun kemudian

Bayang gelap membayangi langkahku kini walau prestasi demi prestasi yang kuukir telah membentuk istana kebanggaan ayah bunda tetap tak akan mampu mengembalikan mawar indah itu untukku. Dan babak episode selanjutnya dimulai dengan keberangkatanku menuju kota metropolitan untuk melanjutkan kuliahku.
"Ayah adik berangkat, kumohon doamu selalu."
"Doaku selalu menyertaimu anakku, dan kasih sayang itu tak berkurang walau jarak merentang."

Ah, kota Metropolitan kini aku datang bersua denganmu? Tak ada waktu untuk merenungkan semua itu. Kehidupan kampus yang penuh kamuflase perlahan mengikis keimananku yang memang sudah tipis, salahkah kedua orang tuaku yang menekanku berprestasi hingga mengabaikan sisi rohaniku?
Entahlah, sejak mawar merahku terampas, tak sekaki kaki mantap berpijak dibumi hanya kegamangan menyelimutiku. Ah, akhirnya Metropolis mlindasku. Hari-hari kulalui dengan hura-hura membuang lara hati mengejar fantasi hidup. Berbilang tahun aku menutupi semua dusta ini, semakin jauh aku dari ayah bundaku, kabar tak pernah tersiar, hidup melantur jauh dari cita dan harapan dulu.

Siang yang terik dan menguras tenaga setelah lelah berjalan tanpa arah, kakiku menyeretku ke rumah kos.
"Ayah," terbata kusebut kata itu dengan jutaan ton beban memberati bibirku. Dunia seakan berhenti berputar saat kutatap dengan wajah pucat Ayah telah duduk di beranda kamar kosku. Dengan segala kebingungan bagaimana beliau dapat menemukanku setelah berbilang waktu aku tak menyapanya.
"Belum puaskah kamu menjadi manusia berjubah kelelawar?!" sentaknya dingin.
"Sudah beribu butir kehinaan dan dusta terpasak dalam langkah kaki dan alunan kalimat dari mulutmu. Apakah begitu banyak kesalahan ayah dan keluargamu hingga menjadi ladang pembantaian balas dendammu?"
Terpekur diam aku dalam seribu bahasa. Bathinku menjerit memberontak; Ayah, apakah masih adakah ruang ketegaran di hatimu andai engkau tahu setiap carutan luka dari remaja nan gagah rupawan yang menemaniku dalam bayang gelap gulita dan derita bathin berkepanjangan! Tak ada keberanian untuk mengembangkan layar berdarah itu untukmu, maafkan aku.
"Ayah tak pernah mengantar dan membawamu menuju jalan kehinaan ini. Apabila kamu sudah tak mau melanjutkan kukiahmu pulanglah,tak usah risau dengan semua jangkauan kartu kredit yang membelitmu semua sudah ayah selesaikan. Dan sekiranya ada kesalhan dari ayah dan keluargamu. Teriring maaf dari kami semua. Masih ada waktu untukmu mengubah semua ini,"
sejenak Ayah diam
"Ayah pulang sekarang, ayah harap kamu pulang menuju jalan lurus rabbmu. Assalamualaikum'"
¤¤
Sore yang kering dipertengahan tahun kesekian
Hari-hari kujalani tanpa arah pasti. Hingga disuatu senja berdebu dan kering meranggas kakiku terpaku pada sebuah pintu gerbang bercat hijau bertuliskan PONDOK PESANTREN AL-FATIMAH
Ramah penghuni pondok itu menyambutku. Sejenak berbasa-basi tak lama terdengar suara adzan maghrib
"Raema, ayo kita sholat dulu nanti Ummi kenalkan dengan teman-teman yang lain," panggilnya menyadarkanku dari lamunannku.
Kalamullah membobol pertahananku hingga aku tak kuasa membendung air mata penyesalan dan risau bathinku atas rentang waktu mudaku yang kusia-siakan dan berkubang dalam kehinaan. Shalat maghrib nan khusyu' membawaku kembali ke pusaran waktu mengingat dosa-dosaku dan mengadukan semua keHaribaan-Nya. Salam akhir telah dilantunkan tak sanggup aku dan terjatuh dalam dekapan Ummi, entah berapa ribu detik telah kulalui dalam dekapan penuh kasih sayang Ummi dan mengungkapkan semuanya.
"Kita harus sabar, semua itu milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Kita sebagai manusia hanya bisa bersabar dan meluruskan niat dan menyempurnakan ikhtiar kita didunia ini. Allah masih sayang sama Ema dengan memberi kemudahan menuju jalan-Nya, jadikan musibah ini sebagai teguran dari Allah," nasihat Ummi menyiram bathinku dan membawa ketenangan di hatiku.
Hari-hari kulalui dengan segala kekurangan dan ketipisan imanku. Al-Qur'an yang dul
0

Kata-kata yang memotivasi saya untuk bertahan saat ini

Perjuangan hidup dalam kebanyakan hal dilalui dengan penuh liku, bagaikan mendaki bukit tinggi yang terjal
menang tanpa perjuangan bagaikan menang tanpa kebanggaan. Jika tidak ada kesukaran, tidak ada kesuksesan. Jika tidak ada sesuatu yang diperjuangkan tidak ada yang akan dicapai.
Kesukaran mungkin menakutkan bagi orang yang lemah namun memberikan perangsang yang menyegarkan bagi orang yang tegas dan berani
segala pengalaman hidup memang berperan membuktikan,
Bahwa rintangan yang menghalangi kemajuan manusia pada umumnya mungkin dapat diatasi dengan perilaku yang baik, semangat yang jujur, aktifitas, ketabahan dan kebulatan tekad mengatasi kesulitan.
( Edmund Burke )
0

Penggal-Penggal Kisah Kartini Masa Kini


"Aku egois?"sergah Yuri.
 "Dengar ya Revina Afianty" lanjutnya. "siapa yang lebih egois di dunia ini dibanding orang tua yang sibuk mengejar harta daripada peduli pada anak-anaknya?. Siapa orang yang lebih egois dibanding orang yang kita cintai tapi lebih memilih pergi untuk memperbaiki dirinya sendiri?" yuri bangkit dan melotot geram kearah revina.
"aku tidak memperbaiki diri sendiri, aku mengajakmu! tapi kamu tidak mau!" Jawab Revina.
"hah..omong kosong! Aku benci kamu revi! Kamu sama seperti yang lain hanya memikirkan yang terbaik buat dirimu! Sekarang aku mau mati sekalipun bukan urusanmu? Pergilah mengaji yang baik, cuci dosa-dosamu, jangan urusi aku.ngerti!". Yuripun bangkit.
"terserah kamulah mau bilang apa. Aku cuma berharap kita bisa berubah bersama." Revina menatap Yuri tajam.
"kamu kira aku buruk..... Heh? sudah lupa ya dengan apa yang telah kita lakukan? Aku ingin tahu apakah kamu masih bisa seperti dulu? bagaimana ya kalo aku menceritakan semua yang kita lakukan kepada semua orang?"

plak!!

Yuri terhuyung, seraya memegang pipinya yang panas akibat tangan Revina yang mendarat di pipinya.
0

Secercah asa di pergantian Usia

Rabbku.. Aku hambaMu mengharap kepadaMu
menghampiriMu dengan secuil harapan dan sejuta keluhan
Semoga Engkau mendengar jeritan lirih ini disela gemuruh badai kehidupan
Semoga malaikatMu merekam denyut nadi dan helaan nafas bertahmid dan bertasbih kepadaMu

Kini, hambaMu yang berada dibatas kesadaran mengerahkan seluruh sisa tenaga untuk melanjutkan perjalanan menjejakkan kaki demi memnta secercah snyum kasihMu
diriku trbanting dalam derita akibat dosaku
melangkah gontai, tergagap mngeja jaman dan terpaku dalam ketidaktahuan.

Karena itu, saat angka usiaku bertambah akupun tersadar
dan dengan lantang berikrar untuk bangkit kembali
memulai sebuah perjalanan dalam barisan penanti janjiMu
tak ada yang aku harapkan selain maafMu, RidhaMu dan setitik cahaya KasihMu

Pemilikku..
Hadirkan aroma semerbak dengan ridhaMu dalam kehidupanku yang kebingungan dan terkadang terlihat jarang berkomunikasi denganMu karena kebodohan dan kekhilafanku
siramilah dengan tetes-tetes maafMu
panjangkan umurku dengan ktaatan dn akhirilah hidupku d jalanMu
Engkau Maha Mengetahui segala apa yang terbersit di hati hambaMu dan Maha bijak untuk menentukan apa2 yang terbaik bagi hambaMu
0

Cinta dan Cinta lagi tapi kali ini Jatuh CINTA di Dunia Maya

Tak bisa dipungkiri bahwa dunia maya mampu mengantarkan 2 insan kedalam satu ikatan cinta. Bahkan ada yang mencapai jenjang pernikahan hanya berawal dari chatting-an. Tapi kalau yang mencari pacar Via chatting di sekitar saya bejibun euy..banyak gila.

Dunia Maya (internet) terutama disini yang saya maksudkan adalah situs jejaring sosial seperti Facebook, twitter, Friendster, Flixter de el el merupakan dunia yang tak kan lekang dari kabut Imaji kalau sudah menyangkut mengenal pribadi. Saya contohkan saja seorang blogger menyukai postingan "key" bahkan merasa jatuh cinta kepada ownernya. Namun di dunia nyata perasaan tersebut bisa saja berubah drastis. Karena menurut saya selalu ada aura tersembunyi yang tersamarkan oleh dunia ghaib (read:internet). Banyak contoh nyata seorang perempuan menikahi laki-laki hanya dengan berdasar kenal di internet dan ternyata berakhir dengan kekecawaan karena salah satu maupun keduanya tidak sesuai dengan apa yang di harapkan(sering sekali saya menemukan artikel seperti ini baik di internet maupun media cetak).

Jika kita mencitrakan sosok di balik internet maka sesungguhnya yang kita dapati adalah gambaran terbaik dari yang bisa kita bayangkan(not only phisically yah). Seperti saat kita membaca novel yang telah di filmkan dan kemudian membandingkannya dengan tokoh di film tersebut. Bisa jadi karakter tokoh tersebut tidak memenuhi harapan kita. Sebagai contoh saya ambil film ayat-ayat cinta dimana penonton yang telah membaca novel best seller tersebut sebagian besar kurang terpuaskan dengan para pemain film tersebut.
Tanya kenapa? Karena setelah masuk ke dunia film secara otomatis imajinasi kita terbatasi karena sosoknya sudah dipatok dengan wajah dan tubuhnya serta pembawaan karakternya kemungkinan sedikit berbeda dengan gambaran sebelumnya(novel). Dan kekecawaan itu tak lebih disebabkan oleh tidak terpenuhinya harapan atau imajinasi yang terbentuk sebelumnya didalam benak.

Oleh karenanya saya pribadi seandainya terjadi hal yang demikian tidak berani mengambilnya jika hanya bermodal kenal di dunia maya tanpa dibarengi kenal di dunia nyata. Ada ketakutan dan kekhawatiran besar dalam diri saya bahwasanya orang tersebut akan kecewa dengan saya di dunia nyata. Istilahnya seperti membeli kucing dalam karung begitu.
0

Do'a

Hatiku masih tercubit seonggok ngilu..
Entah apa sebabnya akupun tak tahu
Mungkin karena kisah laluku..
Tapi..
Sepertinya Bukan itu
Sudah terlalu usang rasanya untuk menyesakkan kalbuku
sejenak Jiwaku terpaku
pada sebuah gambar memori di relungku
tersungging senyum ceria dan kedamaian disitu

Dan...
Kusadari.. Kini Ku hanya sendiri
hanya berkawan dengan sepi yang setia menemani
ingin rasanya kembali
tapi,
Hanya orang bodoh yang ingin masa lalunya kembali..

Do'aku disela sepiku
0

Anty Raemawasty



Anty menatap tuts grand piano dihadapannya dengan perasaan campur aduk. 30 detik kemudian jari-jari lentiknya mulai menari mengalunkan sebuah lagu dari band era 90'an dengan judul "sebuah kisah klasik".
Plok...plok...plok
Tepuk tangan yang cukup nyaring itu mengalihkan perhatian Anty dr grand piano itu. Dia menoleh dan mendapati Ilma berdiri di pintu gerbang ruang kesenian yang terpantang lebar.
"wah..bagus banget, Bu!" seru gadis itu seraya mendekati Anty.
Anty tersenyum simpul. Senang melihat jilbab kaos Ilma yang melambai ketika berlari. Sudah 2 bulan gadis itu mengganti pakaiannya. Setelah percakapan dengan Anty 2 bulan lalu, gadis itupun rajin bertanya tentang hukum-hukum islam yang berhubungan dengan kaum wanita. Sedapat mungkin Anty berusaha menjawab keingintahuan Ilma.
"Udah lama, Il?" tanya Anty begitu Ilma tiba di sisinya.
"Baru aja. Tepat saat ibu melantunkan lagu yang tadi," jawab gadis itu.

¤¤¤@¤¤¤

"Aduh Budeee..." Anty menjerit melihat nasi yang disendokkan Bude Atchi untuknya.
"kenapa?" tanya Bude Atchi heran.
"Banyak amat," jawab Anty merajuk.
"Masa segini aja banyak?"
"Iya, banyak. Kurangin dong, Bude."
"Kak Anty lagi diet ya?" tanya Nouvan yang ikut makan bersama Anty.
"Engga' donk, rugi amat diet segala."
"Trus kok makannya ngga sebanyak biasa?"
Anty nyengir, "Sebenarnya tadi kakak udah makan di asrama."
"Lho? Kan kemaren Bude uda bilang kalo siang ini Anty harus makan di sini," tanggap Bude Atchi kecewa. Beliau sengaja memasak menu istimewa untuk Anty karena keponakannya itu sudah menyelesaikan tugasnya di Solo.
"Jangan kecewa dulu donk, Bude! Tadi makannya sedikit kok. Hari ini khan hari terakhir Anty di Solo, jadi pengen melakukan semua hal yang biasa Anty lakukan, termasuk makan siang di Asrama. Ngga apa-apa khan, Bude?" bujuk Anty sambil mengusap lengan Bude Atchi manja.
Bude Atchi tersenyum maklum, "Ya sudah kalau begitu. Ayo..makan."
Pulang dari rumah Budenya Anty tidak langsung kembali ke asrama. Gadis itu singgah ke taman. Dinikmatinya kesejukan dan aroma tumbuhan yang menjadi ciri khas tempat itu. Tiba-tiba dilihatnya sesosok bayangan masuk ke areal taman dengan langkah tergesa bahkan hampir jatuh tersandung.
(Reisha? Tampangnya kog hancur benerr?)
Anty mengerutkan keningnya melihat wajah muridnya yang bersimbah air mata. Lalu diikutinya langkah gadis itu.
(Ke kolam. Eh...apa dia mau bunuh diri?)
Anty benar-benar terkejut melihat Reisha berdiri tepat di bibir kolam. Setengah berlari Anty mendekati gadis itu.
"Reisha!" serunya sekeras mungkin. Reisha yang tadinya seperti orang linglung tersentak mendengar suara Anty.
"Bu Anty," ucap gadis itu dengan bibir bergetar.
Anty segera meraih bahu gadis itu, "Kamu kenapa?" tanyanya prihatin.
"Saya..hikz..hikz..," Reisha tidak dapat meneruskan kata-katanya, terhalang oleh tangisnya yang cukup memilukan.
Anty membiarkannya menumpahkan tangisnya hingga puas. Setelah Reisha tenang, dibawanya gadis itu ke pondok bambu.
"Ayo duduk," Anty menunjuk satu kursi di pondok itu. Tanpa membantah Reisha mengikuti perintah Anty.
"Sekarang katakan ada apa?" . Reisha tidak menjawab. Gadis itu menunduk sambil menghapus sisa air mata yang masih melekat dipipinya.
"Hei.." Anty menyentuh lengan Reisha. "Setahu ibu, jika kita membagi kesedihan kita dengan seseorang, kita bisa sedikit lebih lega."
Reisha mengangkat wajahnya, "Bu Anty...saya..saya sedih sekali. Soalnya Andra..Andra.."
(Andra? Astaga..jadi ini ada hubungannya dengan Andra toh? Kupikir apa..)
Anty mengeluh dalam hati. Tidak menyangka wajah yang teramat sedih itu hanya karena seorang pacar.
"Andra kenapa?"
"Dia punya pacar lagi," jawab Reisha serak. Anty melihat matanya kembali berair. "Saya..Saya memergoki mereka sedang berduaan, mesra sekali."
"Lalu karena dia punya pacar lagi kamu menangis begitu sedihnya sampai hampir masuk kolam?" tanya Anty selunak mungkin, padahal di dalam hatinya sungguh gemas.
"Habisnya...habisnya..saya sangat mencintainya, Bu."
Anty menghela nafas panjang. Diraihnya tangan Reisha lalu digenggamnya erat-erat.
"Bersyukurlah karena kamu beruntung, Rei." ujar Anty kemudian.
Reisha menatap Anty tak mengerti, "Maksud Ibu?"
"Kamu bilang kamu sangat mencintai Andra. Apa..ehm..apa kamu berpikir kelak kamu akan menjadi istrinya?" tanya Anty sedikit risih.
Wajah Reisha memerah. Dengan malu-malu dia menganggukkan kepalanya. Anty tersenyum dalam hati.
"Makanya Ibu Bilang KAMU BERUNTUNG. Yaa..kamu memang beruntung karena Andra punya pacar lagi sekarang, saat kamu belum menjadi istrinya. Coba bayangkan jika dia punya pacar lagi saat kamu sudah menjadi istrinya."
Reisha tertegun. Jelas sekali apa yang dikatakan Anty tak pernah terlintas dibenaknya.
(Ya Rabbi...betapa naifnya gadis ini. Selain sekolah dan cinta, apa tidak ada hal lain yang dipikirkannya?)

Anty merasakan kesedihan merasuki dadanya. Di nusantara ini pasti banyak gadis muda yang berpikiran pendek seperti Reisha. Kasus bunuh diri atau OD yang kerap menghiasi media menjadi bukti betapa cengengnya pemuda Indonesia.
"Ayolah Rei, hapus air matamu. Banyak hal yang lebih patut ditangisi daripada cinta yang dihianati. Tidakkah terpikir olehmu bahwa kamu sudah membuang air matamu? Di sini kamu menangis karena dia, padahal saat ini dia tengah bahagia bersama orang lain. Jadi sia-sia saja kan kamu menangis?"
Wajah Reisha masih menyimpan kesedihan, namun Anty tak melihat lagi genangan air di mata gadis itu.
"Balik ke asrama yuk," ajak Anty. "Kayaknya waktu ashar udah masuk. Kalo kamu masih semangat buat nangis, mendingan nangis saat menghadap-Nya. Ibu jamin air matamu ga sia-sia.
Anty menarik lengan Reisha agar bangkit. Gadis itu menurut. Ketika Anty baru memasuki Asrama, Tantri tiba-tiba saja muncul di hadapannya.
"Bu Anty, saya mau tanya sedikit," ujarnya
"Tanya apa?"
"Waktu sekolah dulu Bu Anty pernah melakukan hal yang sedikit menyimpang. Seperti..mmmm..melanggar peraturan sekolah misalnya."
"Kok kamu nanya itu?" Anty balik bertanya.
"Pengen tahu ja, Bu"
Anty merasa sepertinya dari pertanyaan Tantri ada sesuatu yang ga biasa.
(Biar deh aku ga tahu sekarang. Suatu saat pasti aku akan tahu)
"Jadi gimana, Bu?" tanya Tantri mendesak.
Anty mengangguk, "Yah..satu dua kali Ibu pernah ikutan teman-teman Ibu bolos di jam pelajaran yang tidak Ibu sukai," jawabnya. "Tapi itu bukan untuk ditiru ya."
"Beres Bu" jawab Tantri.
Anty kemudian berlalu ke kamarnya. Tanpa setahu Anty, di belakang punggungnya Tantri mengacungkan 2 ibu jarinya pada teman-temannya yang mengintip dari balik tangga.
"Gimana?" tanya Siwi memastikan.
"Oke," jawab Tantri. "Waktu SMU Bu Anty pernah bolos"
"Kalo gitu dia pasti bisa ngerti," timpal Astri. "Yang namanya remaja sesekali ngelanggar boleh kan?"
¤¤¤@¤¤¤
Ketukan pelan namun berirama di pintu kamarnya membangunkan Anty. Setelah membuka matanya, ia pun bangkit.
Anty menyalakan lampu. Diliriknya jam. Pukul satu.
(siapa c malam-malam begini?)
Dengan hati bertanya gadis itu menuju pintu, "Siapa?" tanyanya.
"Saya, Bu, Siwi,"
Anty membuka pintu dan langsung menangkap kekhawatiran di wajah Siwi, "Ada apa?".
"Teman-teman Bu," jawab Siwi gugup
"Teman-temanmu kenapa?" Anty semakin khawatir.
"Pokoknya Ibu lihat saja deh," jawabnya sambil menarik lengan Anty.
Anty mengikuti Síwi ke lantai atas tanpa bicara. Pikirannya dipenuhi dugaan yang tidak menyenangkan. Namun begitu kakinya menginjak ruang tengah, gadis itu tertegun. Di tengah kegelapan dia melihat puluhan cahaya lilin di sekeliling ruangan.
"Surprise," seruan yang tidak terlalu keras bergema diantara cahaya lilin. Detik selanjutnya cahaya lilin itu padam. Ruang tengah gelap gulita. Namun hanya sesaat, karena kemudian lampu ruang tengah menyala.
Di hadapannya, Anty mendapati murid-muridnya tengah menatapnya dengan seulas senyum. Sebagian dari mereka berkumpul di tengah-tengah ruangan sedangkan sebagiannya lagi merapat ke dinding sambil memegang lilin.
"Kalian?" Anty menatap wajah dihadapannya penuh tanya.
Ilma maju mewakili, "Berhubung ini malam terakhir Ibu di sini, kami ingin ibu melewatinya bersama kami"
Di hadapannya kini terdapat meja kecil penuh makanan ringan dan gelas-gelas berisi teh. Di tengahnya terdapat pula sebuah kue cokelat yang besar.
Anty teringat pembicaraannya dengan Tantri tadi sore.
Beraktifitas di ruang tengah setelah jam tidur tentu saja melanggar peraturan. Dia tentu mewakiki teman-temannya menanyakan itu pdaku agar aku diingatkan kembali bahwa dulu aku juga pernah melanggar peraturan. Dengan kata lain, secara tidak langsung mereka memintaku memaklumi hal ini. Hemm...
Anty mengedarkan pandangannya. Tidak didapatinya wajah keruh dan mengantuk. Semua penuh senyum. Bahkan Reisha yang tadi sore murung sekarang tersenyum cerah.
"Bu Anty, ayo potong kuenya" seru sebuah suara.
"Iya Bu" seru suara lainnya.
Lidah Anty seketika kelu, sedangkan matanya terasa panas. Semua ini sungguh kejutan yang amat manis. Puncak dari 12 bulan penuh warna yang dilakoninya yang bagaikan opera, di mana senyum, kesedihan, cinta, air mata dan kegembiraan silih berganti.
Mulai besok aku mungkin tidak akan terlibat lagi dalam masalah-masalah yang mereka hadapi, tapi toh aku masi bisa bersama mereka lewat tulisan-tulisanku yang Insya Allah akan terus mendampingi mereka melalui pesan-pesanku. Walaupun aku hanya seorang Anty Raemawasti, aku berharap hal kecil yang aku lakukan itu bermanfaat bagi mereka, generasi negeri ini.
"Ayoo, Bu.. Jangan diem aja, kasihan kuenya"
"Iya Bu..kasihan kita ju seruan yang bergema itu mengingatkan pada pesta kecil yang diadakan untuknya. Dan semuanya tersenyum manis. Sebuah hadiah yang akan selalu di kenangnya.
¤ FIN ¤
2

copyright © Qiaramint